Oleh: Miswanto
(Ketua Kombel Nesaba)
Masih ingat lirik lagu yang satu ini? “Rungkad, Entek Entek an, Kelangan Kowe Sing Paling Tak Sayang, Stop Mencintaimu, Gawe Aku Ngelu…”. Ya itulah lagu yang sempat dipopulerkan oleh Happy Asmara. Lagu berjudul Rungkad ini sempat ngehits dan sering dinyanyikan pada acara-acara penting bahkan para pejabat di negeri ini juga suka lho.
Kata ‘rungkad’ ini sebenarnya juga pernah viral di media sosial. Kata ini ternyata berasal dari bahasa Sunda dan hingga kini mengalami perkembangan yang cukup luas dalam penggunaannya. Kata ‘rungkad’ dapat dimaknai ‘hancur atau ambruk untuk mendeskripsikan kondisi benda’. Lagu yang berjudul Rungkad tersebut menggambarkan bagaimana hancurnya hati seseorang yang telah dikecewakan oleh orang yang dicintainya.
Akan tetapi tulisan ini sebenarnya tidak ada kaitannya dengan lagu yang berjudul Rungkad tersebut, karena yang ada di judul tulisan ini adalah ‘Rungkat’ yang diakhiri dengan huruf ‘t’ bukan ‘rungkad’ yang diakhiri oleh huruf ‘d’. Mungkin ada yang bertanya-tanya, apa sih ‘rungkat’ yang dimaksudkan dalam judul tulisan ini.
Kata ‘rungkat’ sebagaimana yang menjadi bagian dari judul tulisan ini merupakan akronim dari ‘ruang kolaborasi antar teman’. Rungkat ini menjadi penting di era sekarang. Salah satu dari keterampilan 4C yang sangat dibutuhkan untuk menjadi sukses dalam segala hal dan di setiap tempat adalah kolaborasi.
Kolaborasi adalah proses bekerja sama untuk menelurkan gagasan atau ide dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama menuju visi bersama. Di sebuah organisasi yang saling tergantung, kolaborasi menjadi kunci pemikiran kreatif. Kolaborasi itu penting untuk mencapai hasil terbaik saat menyelesaikan masalah yang rumit.
Dalam sebuah organisasi atau instansi seperti sekolah, kolaborasi akan menjadikan semuanya menjadi superteam yang saling melengkapi, menguatkan, dan bekerja sama satu sama lain untuk mewujudkan tujuan bersama. Jika sebuah organisasi hanya dihuni oleh para superman yang tidak bisa menjadi superteam, maka dipastikan organisasi tersebut tidak akan bisa berkembang dengan baik, karena setiap orang sibuk dengan kepentingan individunya masing-masing tanpa memikirkan tujuan dan visi bersama yang telah disepakati.
Ibarat sebuah tim sepakbola yang harus dibangun dengan kolaborasi yang baik, seperti itulah sebuah organisasi/instansi yang harus dikelola dengan kolaborasi bersama. Seorang striker sekelas Messi atau Ronaldo pun tidak akan mungkin bisa berhasil menjebol gawang lawan tanpa kolaborasi rekan-rekannya yang mungkin secara skill pribadi jauh di bawahnya. Dia yang dianggap sebagai superman ini tetap membutuhkan teman-temannya untuk bisa menciptakan gol meraih kesuksesan. Benar kata Aristoteles bahwa manusia itu adalah ‘zoon politicon‘, makhluk sosial yang dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi (baca: berkolaborasi) satu sama lain.
Agar bisa berkolaborasi dengan baik, maka memijam istilah ‘kesebelasan’ dalam tim sepakbola sebagaimana disebutkan di atas, kita memerlukan angka sebelas (11), di mana 1 (satunya) harus bisa memberi, dan 1 (satunya lagi) harus bisa menerima. Jika dalam sebuah oraganisasi sudah bisa saling bisa memberi dan menerima, maka akan ada kolaborasi dalam organisasi tersebut. Kalau diothak-athik mathuk (maaf, ini bukan sekedar othak-athik gathuk ya), penting untuk memahami filosofi angka sebelas dalam bahasa Jawa.
Tahu kan, bahwa dalam bahasa Jawa angka sebelas itu disebut dengan ‘sawelas‘. Kata sawelas ini kalau dijarwadhosokkan bisa menjadi satunggal ing welas (satu dalam kasih). Kasih sayang atau cinta (welas) yang universal akan menjadi pondasi untuk membangun kebersamaan. Welas ini akan menghilangkan sekat-sekat pembeda yang kadang menjadi dinding-dinding pemisah atau pagar betis yang membuat jarak dalam sebuah tim. Mereka yang memiliki welas asih tentu akan bisa berkolaborasi dengan siapa saja tanpa memandang perbedaan yang ada.
Berangkat dari pemahaman ini, maka Komunitas Belajar (Kombel) Nesaba ingin menjadi ‘Pola Rungkat’ ini untuk membangun kolaborasi di kalangan guru-guru SMP Negeri 01 Batu yang memiliki beragam karakter, kemampuan, latar belakang sosial budaya, dan lain-lain. Dengan Rungkat ini, Kombel Nesaba ke depan berharap bahwa guru-guru SMP Negeri 01 Batu bisa bekerja sama dan berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah untuk kemajuan sekolah. Seperti slogan Nesaba yang selalu didengung-dengungkan kepada peserta didik “Selalu Yes Tak Pernah No”, harapannya jika semua anggota Kombel Nesaba nanti akan selalu “Yes” dan tidak akan pernah “No” (menolak) jika diminta untuk berkolaborasi dengan sesama anggota komunitas.
Sudah banyak upaya dari pihak manajemen sekolah untuk membangun chemistry di kalangan para pendidik dan tenaga kependidikan di SMP Negeri 01 Batu. Seperti beberapa waktu lalu yang dilakukan dengan outbond di Apple Sun dan Kali Watu Rafting. Ternyata kuncinya tetap harus ada sawelas agar terbangun ‘rungkat’ yang baik.
Dengan ‘rungkat’ (ruang kolaborasi antar teman) yang baik maka SMP Negeri 01 Batu akan selalu menjadi nomor satu. Di samping itu, dengan ‘rungkat’ semacam itu, SMP Negeri 01 Batu tidak akan menjadi rungkad (hancur). Ayo Kita RUNGKAT agar tidak RUNGKAD ya gaes.
